29 Oktober 2008

Ketika Kesetiaan di hianati

Kesetiaan adalah Nyawa dari cinta, Jiwa dari suatu hubungan, dan Ikrar dari suatu komitmen, begitulah kata para Pujangga.

Setiap hubungan yang terjalin dari setiap makhluk didunia ini selalu berlandaskan kepercayaan, perasaan yang sama dan tujuan yang seiring. Disadari ataupun tidak kepercayaan ini kadang terpupus dan terkikis oleh sebuah kesalahan, keklilafan dan ketidakpastian. Rasa cemburu yang tinggi dan was-was yang berlebih sering menimbulkan retaknya cangkang kepercayaan dan lelehnya perasaan percaya kepada pasangannya.

Namun tak jarang, kita terjebak dalam sebuah dilema dan terjerat semakin dalam kedalamnya. Dilema yang membuat kita semakin terbebani yaitu kala kesetiaan kita diuji atau justru dihianati. Orang yang kita percaya menghianti dan menyakiti kita dan akhirnya membuat kita terjatuh dalam jurang kecewa, merana, muram dan durja. Adakalanya kesetiaan yang kita beri dibalas dengan npenghianatan dan perselingkuhan yang menyakitkan.

Namun apa yang harus kita lakukan jika kesetiaan kita dihianati? Menangis, Sedih, Depresi, Stess, Kecewa, atau yang lebih ekstrim lagi, Bunuh diri. Tidak perlu semua itu kita lakukan, karena itu semua hanya menambah beban kita dan membuat orang yang menyakiti kita menjadi bertambah yakin kalo kita tidak bisa lepas darinya, tidak bisa melupakannya, tidak bisa menjalin kecuali dengannya dan ia semakin yakin kalo anda itu adalah mainan yang bisa ia mainkan sesukanya.

Yang harus anda lakukan adalah tetap tenang, baca kondisi, dan sikapi setiap masalah dengan kepala yang tenang. Tak perlu berlebihan dalam menghadapinya cukup dengan sedikit emosi dan ekspresi yang wajar saja, agar dia memahami bahwa anda ini tidak lemah dan tidak tergantung dengannya. Bila memergoki si dia menghianati anda maka tegur saja dan jangan lampiaskan semuanya di TKP karena hanya akan merusak citra dan reputasi anda dimata orang lain. Apalagi jika anda adalah seorang yang berkepentingan dengan pencitraan diri itu akan sangat mempengaruhi citra anda dimasa depan.

Akhirnya cara berfikir dan bersikap andalah yang menentukan semuanya karena anda yang dikenai sikap dan perlakuan, saya hanya sekedar memberikan cara berfikir saya saja